Entri Populer

Selasa, 19 Juli 2011

AMALIYAH BULAN SYA'BAN


AMALIYAH BULAN SYA'BAN



DASAR-DASAR AMALIYAH BULAN SYA’BAN
SHALAT MALAM NISFU SYA’BAN & PUASA DI SIANG HARINYA

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

“… dari Ali bin Abi Thalib dia berkata, rasulullah saw, bersabda, “pada malam nisfu Sya’ban, dirikan shalat pada malam harinya, dan berpuasalah pada siangnya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia sejak terbenamnya matahari seraya berfirman, manakah orang yang mohon ampun sehingga ku ampuni, manakah orang yang meminta rizqi sehingga akan kuberi, manakah orang yang mendapat ujian agar aku ringankan, dan banyak lagi, hingga terbit fajar.”

Sunan Ibn Majah h. no, 1378. Hadits ini dha’if, karena dalam sanadnya terdapat orang yang bernama Ibnu Abi Sabrah (bergaris bawah) yang dianggap lemah kualitasnya oleh ulama hadits.

KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ أَبُو بَكْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَنْبَأَنَا حَجَّاجٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ

‘… dari Aisyah RA, aku kehilangan rasululah suatu malam. Maka aku keluar mencari beliau, dan menjumpai beliau di Baqi’ menengadahkan kepalanya ke langit. Kemudian beliau bersabda, “apakah engkau takut Allah dan rasulNya akan mencurangimu?” aku menjawab, “tidak. Aku hanya menduga engkau mendatangi sebagian isrimu.” Beliau menjawab, “sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu kambing.

Sunan Ibn Majah h. no. 1379. Shahih

حَدَّثَنَا رَاشِدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ رَاشِدٍ الرَّمْلِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ أَيْمَنَ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَرْزَبٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ النَّضْرُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ

Sunan Ibn Majah h. no. 1380. shahih

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ

Musnad Ahmad h. no. 6353. Shahih

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ لِي أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قُلْتُ ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ

Musnad Ahmad, h. no. 24825. Shahih.

PUASA DI BULAN SYA’BAN
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

… dari Aisyah RA., Rasulullah berpuasa (pada banyak hari) sampai kami mengira beliau berpuasa tanpa pernah berbuka, dan berbuka sampai kami mengira beliau tidak pernah berpuasa. Maka aku tidak melihat Rasulullah saw., berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak melihat puasa beliau yang lebih banyak kecuali pada bulan Sya’ban.

Hadits Shahih dalam Sahih Bukhari. Tentang puasa di bulan Sya’ban ada 73 hadits dalam Kutub al-Tis’ah

Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.


Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Apa kabar temen-temen? Semoga selalu dalam selimut Rahmat cinta-Nya.

Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Kali ini kita akan melanjutkan bahasan tentang;

# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.


Hendaknya Al-Qur’an di baca dengan penuh pengagungan dan renungan karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan pemahaman kepada makhluk-makhluk-Nya melalui huruf-huruf dan suara-suara yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang merupakan gambaran dari sifat-sifat-Nya.

Bagaimanakah sifat-sifat-Nya dapat diketahui dari itu semua? Kalau saja kesempurnaan kalam-Nya tidak terbungkus dalam huruf-huruf tersebut, maka kalam dari singgasana Allah tidak akan terdengar. Tetapi, walaupun kalam dari singgasana Allah itu tidak terdengar, hal itu tidak akan menghilangkan kebesaran kekuasaan-Nya dan kesucian cahaya-Nya.

Kalau saja Allah tidak memberi kekuatan kepada Nabi Musa Alaihissalam, niscaya Nabi Musa tidak akan mampu mendengar kalam Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana gunung yang tidak kuat memikul beban cahaya Allah sehingga gunung itu hancur.

Di samping itu, seorang pembaca Al-Qur’an hendaknya mengagungkan Allah Subhanahu wata’ala di dalam hatinya, seakan-akan Allah sedang berbicara langsung kepadanya dengan kalam-Nya tersebut. Hati pun selayaknya seakan hadir untuk Al-Qur’an dengan meninggalkan pembicaraan akan diri sendiri, lalu merenungi dan memahami apa yang dibacanya. Sungguh, banyak orang yang tidak memahaminya karena sebab-sebab tertentu yang tidak masuk akal, serta tergoda oleh godaan-godaan setan yang merasuki hati mereka. Dengan begitu, hati mereka menjadi buta akan cahaya keagungan Al-Qur’an.

Hendaknya seorang pembaca Al-Qur’an itu mampu menangkap tujuan utama yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Jika ia mendengar perintah atau larangan, maka ia harus menyadari bahwa dirinya sebagai objek yang diperintah atau dilarang. Dengan begitu, terbekas di dalam hatinya beragam pemahaman sesuai keragaman ayat.


# Memahami dan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Akal.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sungguh Al-Qur’an itu memiliki sisi yang jelas dan yang tersembunyi, serta ada sisi yang terbatas dan sisi yang tersingkap.”

Dalam hal ini, Ali radhiyallahu ‘anh berkata, “Andai saja aku menginginkan, niscaya akan aku bebankan 70 ekor unta dengan (kitab-kitab) tafsir al-Fatihah.”

Jelas bahwa rahasia-rahasia Al-Qur’an tidak terbatas. Keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya pun tidak terhitung. Semua itu tergantung pada kesucian hati.

Dengan demikian, penafsiran bukanlah dengan cara di dengar atau dipindahkan begitu saja seperti halnya turunnya wahyu. Rasulullah berdoa untuk Ibnu Abbas radhiyllahu ‘anh,

“Ya Allah, anugerahilah ia pemahaman yang mendalam tentang agama dan anugerahilah ia pengetahuan tentang takwil.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“….Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)….” (An-Nisaa’: 83).

Allah subhanahu wata’ala telah memberikan landasan kebenaran bagi orang-orang yang berilmu. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebatas mendengar.


Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.


^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.




Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.

Dosa Hati

Dosa Hati
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudaraku,,
semoga selalu sehat jasmani maupun rohaninya, amin.

Dosa Hati

Bagi orang yang berakal, bukan rahasia lagi bahwa manusia memiliki tubuh, jiwa; lahir dan batin. Sementara amal-amal baik dan buruk manusia juga terbagi dua bagian:
1. Amal-amal yang dikerjakan dengan perantaraan badan, seperti shalat, puasa, haji, dan sedekah; atau minum khamer, berjudi, dan berzina.
2. Segala yang dikerjakan manusia dengan hati, yang menyediakan sebuah tempat di dalamnya , seperti iman, cinta, takut, dan harapan; atau kufur, munafik, marah sombong dan riya’

Sebagaimana amalan buruk yang dilakukan oleh badan, yang merupakan larangan Allah yang harus dijauhi, demikian halnya dengan amal yang dilakukan hati dan menjadi larangan Sang Pencipta Azza wa Jalla.

Dosa atau Penyakit Hati

Dosa hati diibaratkan sebagai penyakit hati. Diantaranya , Firman Allah Ta’ala tentang orang-orang munafik:

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya…. (al-Baqarah: 10)
Apa Penyakit Hati itu?

Sebagaimana tubuh manusia ada yang sehat dan sakit, begitu juga dengan hati manusia.
Sehatnya tubuh adalah sempurnanya seluruh anggota tubuh tersebut sehingga dapat melaksanakan perannannya dengan baik. Sementara tubuh yang sakit adalah berkurangnya peranan tubuh dalam melaksanankan tugasnya.

Sehatnya hati adalah muncul dan berpengaruhnya seluruh kekhasan sifat kemanusiaan (insaniyyah) seseorang, sehingga hati memiliki keyakinan dan ketenangan sesuai standar pengetahuan, hakikkat dan dasar-dasar keber-agamaan.

Diantara penyakit hati adalah keraguan (was-was), pengingkaran, syak (ragu-ragu), kebingungan, persahabatan dan permusuhan bukan pada tempatnya, ketakutan dan harapan bukan pada tempat, dendam, iri dan dengki (hasud), kikir dan sebagainya.

Amirul mukminin (Imam Ali) Radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya jasad mengalami enam keadaan: sehat, sakit, mati, hidup, tidur dan terjaga. Begitu pula dengan ruh, (yang) hidupnya adalah ilmu, kematiannya adalah kebodohan, sakitnya adalah keraguan, kesehatannya adalah keyakinan, tidurnya adalah kelalaian, dan terjaganya adalah penjagaan.” (Bihar al-Anwar, jil.XIV, hal,398)

Beliau juga berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya yang termasuk diantara bencana adalah kefakiran, dan yang paling dahsyat dari kefakiran adalah penyakit badan, serta yang paling dahsyat dari penyakit badan adalah penyakit hati. Ketahuilah, sesungguhnya yang termasuk diantara kenikmatan adalah kenyamanan (hidup), dan yang paling utama dari kenyamanan hidup adalah kesehatan tubuh, serta yang paling utama dari kesehatan tubuh adalah ketaqwaan hati (maksudnya, suci dari segala kotoran dan dosa-dosa).”

Semoga bermanfaat,

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.